Kalau Anda membayangkan sikap seorang hamba, apakah Anda membayangkannya sebagai kegiatan yang hanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki keterampilan di tingkatan terbawah? Kalau jawaban Anda YA, Anda keliru.
Sikap seorang hamba bukanlah soal posisi atau keterampilan. Itu adalah soal sikap. Anda tentunya pernah bertemu dengan orang-orang yang menempati posisi-posisi pelayanan yang memiliki sikap yang buruk; pekerja yang kasar di aparat pemerintahan, pramusaji yang tidak mau repot mencatat pesanan Anda, atau seorang penjaga toko yang lebih suka sibuk berbicara di telepon daripada melayani pembeli. Sama seperti yangbisa Anda rasakan ketika Anda melihat seorang pekerja tidak mau membantu. Anda bisa dengan mudah mendeteksi apakah seseorang mempunyai hati seorang hamba atau tidak. Dan sesungguhnya pemimpin terbaik itu berhasrat melayani sesamanya, bukan dirinya sendiri. Apakah artinya bersikap seperti layaknya hamba? Artinya adalah seorang pemimpin yang memiliki hati seorang hamba.
1. Mendahulukan sesamanya daripada agendanya sendiri
Tanda pertama dari sikap seorang hamba adalah kemampuan mendahulukan sesama daripada dirinya dan hasrat-hasrat pribadinya sendiri. Ini lebih dari sekadar menunda agenda pribadi. Itu berarti orang tersebut memang benar-benar menyadari kebutuhan sesama, menyediakan diri untuk menolong, dan sanggup menerima hasrat-hasrat sesamanya sebagai sesuatu hal yang penting.
2. Mempunyai keyakinan untuk melawan
Inti sikap seorang hamba adalah ketenteraman. Tunjukkanlah seseorang yang menganggap dirinya terlalu penting untuk melayani, maka akan kita lihat seseorang yang hidupnya tidak tenteram. Bagaimana kita memperlakukan sesama, sesungguhnya mencerminkan bagaimana pandangan kita tentang diri sendiri. Pujangga filsuf Eric Hoffer mengatakan begini:
"Yang luar biasa adalah kita benar-benar mengasihi sesama seperti diri sendiri; kita berbuat terhadap sesama apa yang kita perbuat terhadap diri sendiri. Kita benci sesama ketika kita benci pada diri sendiri. Kita toleran terhadap sesama ketika kita toleran terhadap diri sendiri. Kita maafkan sesama ketika kita memaafkan diri sendiri. Bukan mengasihi diri melainkan membenci diri sendiri yang merupakan akar penyebab dari segala masalah yang mewarnai dunia kita."
Hanya pemimpin yang tenteramlahyang memberikan kekuasaan kepada sesamanya. Demikian pula halnya; hanya seorang yang benar-benar tenteramlah yang bisa memperlihatkan sikap seorang hamba.
3. Menginisiatifkan pelayanan kepada sesama
Boleh dibilang siapa pun akan melayani kalau terpaksa. Bahkan ada yang melayani dalam krisis. Tetapi kita bisa benar-benar melihat hati seseorang yang menginisiatifkan pelayanan kepada sesamanya. Para pemimpin besar melihat kebutuhannya, memanfaatkan peluangnya, dan melayani tanpa mengharapkan pamrih apa pun
4. Tidak terlalu mementingkan posisi
Para pemimpin yang bersikap sebagai seorang hamba tidak fokus pada pangkat atau posisi. Ketika Kolonel Norman Swchwarzkopf melangkah ke sebuah ladang ranjau, pangkat adalah hal terakhir yang dipikirkannya. Ia hanyalah seorang individu yang berusaha menolong sesamanya. Justru menjadi pemimpin malah memberinya perasaan wajib lebih besar dalam melayani.
5. Melayani karena kasih
Sikap seorang hamba tidak dimotivasikan oleh manipulasi atau promosi diri, melainkan didorong oleh kasih. Ujung-ujungnya pengaruh dan kualitas hubungannya tergantung pada kepedulian terhadap sesama.Itulah sebabnya penting sekali para pemimpin itu bersedia melayani.
(Sumber: Kaskus)
No comments:
Post a Comment